Wah,
wah, sebelumnya makasih banget buat @KlubBuku_BGR yang berkenan ngasih novel
Once Upon a Love ini secara gratisan plus tanda tangan penulis. Sedikit mau cerita, novel ini sebagai
hadiah karena aku (entah kenapa) bisa menang lomba cerpen yang diadakan oleh
Klub Buku Bogor dalam menyambut acara #Kopdar4 dan #Sharepen (Sharing Penulis
dan Cerpen) bersama Aditya Yudis, penulis Once Upon a Love itu sendiri sama
Cindy Pricilla, author Rain in Paris. Acara itu diadakan oleh Klub Buku Bogor
tanggal 13 Oktober tahun kemarin. Sebenernya kalau aku tinggal di sekitaran Bogor
ya kayaknya mau banget datang ke sana, buat ikutan acara kumpul-kumpul penulis
gitu. Tapi sayangnya aku kejebak di pulau yang berbeda. Dan ongkosnya lumayan
tebel buat ke sana. #Huft
Langsung
aja deh. Ini review Once Upon A Love dari aku. Masih tahapan belajar nge-review
juga nih.
Judul : Once Upon A Love
Penulis: Aditia Yudis
Penulis: Aditia Yudis
Penerbit: GagasMedia
ISBN: 979-780-518-2
Cetakan Pertama: 2011
Cetakan Ketiga: 2012
Tebal : 192 halaman
Teruntuk Ferio Harris yang tak pernah lekang oleh waktu. Aku
mencintaimu. (Hal. 4)
Cerita
dari novel ini bermula ketika Lolita menuliskan nama Ferio di halaman
persembahan novelnya yang berjudul Inspirasi, yang terinspirasi dari sosok
Ferio seorang global moderator dari forum kepenulisan yang saat itu juga
diikuti oleh Lolita dan Dru, tentunya. Dan semua kisah yang terajut selama dua
tahun silam, harus dibuka kembali oleh Ferio, Lolita dan Dru, yang merupakan
tiga tokoh utama dalam novel ini.
Nah,
aku mau sedikit memperkenalkan tiga tokoh utamanya.
Ada
Dru. Siapa Dru? Bukan saudaraku, atau juga temen satu kampus. Dru ini sahabat
dekat Ferio. Di mana ada Ferio, maka di situ ada Dru. Ya, kira-kira begitulah.
Ada
juga Ferio. Bukan nama motor ya. Honda Ferio. *abaikan. Lalu siapa Ferio? Ya,
sahabatnya Dru. Hihi.
Kemudian
ada juga Lolita. Siapa Lolita? Nah, Lolita ini salah satu member dari forum
kepenulisan yang dibagian awal aku ceritain tadi. Jadi ceritanya Lolita sama
Ferio ini kenal dari Forum kepenulisan tersebut. Berawal dari Ferio yang sering
kasih masukan buat cerpen yang dibuat Lolita, bahkan sampai novel Inspirasi
yang dibuatnya. Nah dari situlah benih-benih cinta Lolita tumbuh untuk Ferio.
Lalu bagaimana dengan perasaan Ferio?
Nanti aku kasih tahu di akhir review
ya.
“Kamu pun akan merasa
begitu jika jadi aku, Dru. Kamu kehilangan tempat berpijak, kamu goyah... rapuh
laksana daun yang kering karena kekurangan air. Kamu tinggal menunggu waktu
untuk menerbangkanmu dari ujung ranting.” (Hal. 144)
Dari
kalimat itu kita bisa menebak kalau Ferio sedang galau ya. Itu jelas nggak
salah. Dan yang salah kalau kalian menebak Dru itu cowok. Sama kayak aku diawal-awal
membaca novel ini. Kok cowok suka sama cowok? #Huft Dan, ah, rupanya si Dru ini
punya nama lengkap Afra Dewi Drupati.
Novel
ini mengangkat semacam kisah segitiga lah ya. Antara Ferio, Dru dan Lolita. Sebenarnya
sudah menjadi tema yang banjir di jalananan kepenulisan. Tapi syukurnya penulis
berhasil bikin aku kesedot, masuk ke dalam ceritanya, penyampaiannya, dan
perasaan ketiga tokoh utamanya.
“Kupikir,
dua tahun sudah bisa membuatmu mengubah keputusanmu, Dru. Aku memang
mencintaimu. Tetapi, aku mengerti. Jika, itu memang keputusan terakhirmu. Aku
menghormatinya.” (Hal. 185)
Udah
ketebak gimana perasaan Ferio? Ada apa sih kok dari tadi ngomongin dua tahun yang
lalu? Kisah masa lalu yang membuat Ferio menyesal, hingga selama dua tahun itu
pula dia mencari Dru yang menghilang dari hidupnya.
“Dia mencintaimu, Re. Sangat mencintaimu.” (Hal.
186)
Itu
ungkapan perasaan Dru untuk Ferio.
Tapi
bagaimana dengan perasaan Lolita untuk Ferio? Apa terbalaskan?
Akhir yang dibuat mengejutkan oleh
penulis. Cerita yang disajikan juga sangat mengalir. Dengan beberapa-beberapa
diksi yang manis untuk dibaca, nggak buat bosan. Untuk endingnya bisalah baca sendiri,
ya.
Tapi ada beberapa kata yang menganjal di
novel ini.
Seperti:
1. “Hidupin musik aja biar nggak sepi,” sahut
Dru malas masih dengan pandangan tertebar kepinggiran jalan yang aku lewati.
(Hal. 122)
Aku? Dari awal sampe akhir penulis menggunakan
POV ketiga, yang mana penulis menjadi semacam reporter yang mengamati tingkah karakternya,
kemudian menceritakan pada pembaca. Iya, kan? Tapi kok ditengah-tengah pakai kata
aku?
2. Lalu, Lolita menyeret Jo ke luar dari
kamarnya... (Hal. 8 dll. Semua kata yang bergerak dari sebelah dalam ke sebelah
luar, penulis menggunakan “ke luar.” Aduh, aku bingung ini, sebenarnya yang bener
itu keluar
apa ke luar. Kalau ke luar kok aneh aja bacanya,
pakai spasi gitu.
Itu aja sih, tapi secara keseluruhan aku suka
novelnya! Bagaimana kuatnya cinta Lolita pada Ferio setelah bertahun-tahun lamanya
dijaga dan bagaimana kokohnya Ferio mempertahankan pilihannya sejak dulu yang jelas-jelas
tidak bisa didapatkannya, dan betapa bijaknya Dru tetap menjaga apa yang dia punya.
0 komentar:
Posting Komentar