-->
Free Alien Dance Cursors at www.totallyfreecursors.com

“Surat untuk Stiletto Book”

Jumat, 31 Januari 2014





Dear Stiletto,
Terimakasih karena telah mengizinkan penggemarmu untuk berkirim surat, setidaknya lewat surat ini aku bisa merangkai kata untuk mengucapkan ribuan terimakasih untukmu dan berbagi cerita agar Stilo lebih maju.

www.StilettoBook.com
Tak kenal maka tak sayang. Benarkan, Stilo? Perkenalkan terlebih dahulu, namaku yang tertera di akte kelahiran adalah Evi Septiani, bukan Marshanda, Titi DJ, apalagi Avril Lavigne. Tapi kalau di dunia maya kayaknya lebih dikenal dengan nama Evi Sudarwanto, bukan Taylor Swift apalagi Demi Lovato. Biasa dipanggil Evi, tapi kebanyakan orang menyapaku dengan nama Epi. Kata mereka kalau penyebutannya pakai huruf V susah banget. Yaudah, aku fine fine aja, asal jangan dipanggil Omas. Oh, ya, aku salah satu follower-mu dari Palembang loh, Stilo. Iya, ya? Iya, dong. Aku lemparin pempek ya dari sini. Hehe.
Stiletto Book. Aku lupa-lupa ingat kapan persisnya aku kenal Stilo. Tapi kayaknya belum lama deh, sekitar satu tahun yang lalu. Saat aku lagi gila-gilanya nulis fiksi. Aku tahu sama Stilo dulu cuma lewat akun twitter-nya di @Stiletto_Book soalnya aku nggak terlalu suka-suka banget main facebook atau yang lainnya. Nah, waktu itu kebetulan Stilo lagi ngadain lomba cerpen dengan tema #ACupOfTeaCintaButa berdasarkan kisah nyata. Cinta Buta? Cring! Otakku langsung muter-muter, kenceng. Aku punya banyak stok cerita Cinta Buta yang nyata. Dari aku sendiri ataupun teman dekatku. Daripada dipendam dalam hati, bikin hati bengkak, mending dijadiin cerpen dan diikutin lomba ke Stilo. Waktu itu aku ngirim dua cerpen, dan yang lolos cuma satu. Rasanya itu kayak nemu harta karun di hutan lebat. Makasih banyak Stilo yang udah ngizinin aku buat gabung di Stiletto Book. Dan, dari situ aku semakin dekat sama Stilo. *Tjeileh. Tapi iya sih, jujur aja sejak saat itu tiap hari aku sering kepoin akunnya @Stilleto_Book
Kadang ada aja lomba-lomba yang diadain sama Stilo, dan itu makin buat aku nempel. Aku suka banget sama penerbit-penerbit yang sering ngadain lomba-lomba gitu, soalnya dari situ aku bisa melihat kemampuanku sebatas mana, dan sekaligus bisa nyari yang gretongan. Hihi. Ini jujur loh ya.
Dan tahukah kamu Stilo. Sampai sekarang aku masih geram karena waktu Stilo ngadain diskon buku besar-besaran dan berhadiah, aku nggak sempat ikutan. Tolong jangan tanya kenapa, rasanya aku mau ngelempar dompet ke luar rumah. Tapi, nggak apa-apa deh, aku yakin Stilo baik hati dan mengerti perasaan perempuan yang lagi krisis ekonomi, dan suatu hari nanti bakal ada diskon yang lebih besar dari kemarin. Iya, kan Stilo? ^^
Kenapa aku tertarik dengan Stilo?
Simple. Karena Stilo penerbit perempuan yang sangat mengerti aku, karena kami sama-sama perempuan. ^^
         Selain itu, aku awalnya tertarik dengan Stilo karena namanya yang lucu dan icon-nya yang cewek bingit. Sempat kemarin tanya-tanya tentang pengajuan naskah ke Stilo, tapi sayangnya aku masih ada satu kerjaan buat ngerampungin novelku yang lain. Padahal aku udah nyiapin satu naskah yang khusus mau aku ajuin ke Stilo. Semoga nanti cepat terlaksana dan keterima sama Stilo, ya. Aamiin.
Oh, ya. Akhir-akhir ini aku sering pantengin linimasa-nya Stilo, dan nggak pernah sepi. Ada aja kadang lomba-lombanya. Dan menurutku itu sangat bagus buat Stilo agar lebih dikenal oleh orang banyak. Sebenernya udah banyak sih ya yang kenal Stilo tapi ada juga sebagian yang belum kenal. Terlihat dari followers Stilo yang belum mencapai 4000 orang. Dan, saranku sering-sering ngadain lomba aja Stilo, karna banyak banget pemburu buku gratisan yang berkeliaran. Dari situ juga Stilo bisa memperkenalkan diri, hingga lebih banyak yang kenal Stilo. Dan satu lagi yang aku senang dari Stilo, Stilo nggak sombong. Nggak pernah pelit balas mention followers-nya. Semoga nanti kalau followers-nya bertambah banyak, jangan sombong, ya Stilo. ^^


Eh, Stilo, tahu nggak? Aku juga salah satu dari sekian banyak orang yang sering ikutan lomba-lomba dari kamu. Dan, alhamdulillah aku nggak pernah menang. -_- Kecewa juga sih, tapi semakin penasaran, kok bisa nggak menang-menang, ya? xp
Hm, sebenarnya bukan hanya menang aja yang aku harapkan ketika mengikuti lomba-lomba dari Stilo, tapi aku pingin punya teman yang lebih banyak, yang saling kenal dari event-event yang diadakan oleh Stilo.
Stilo, Stilo..., Iya, iya..., aku pingin banget nambah koleksi buku-buku terbitan Stilo. Aku cuma punya satu nih, judulnya Geek in High Heels. Kemarin itu sempet ikutan kuisnya dari Kak Octa tapi ya lagi-lagi nggak menang dan nggak dapetin buku itu. Akhirnya aku beli deh. Ceritanya keren! Aku ngelahap Geek in High Heels cuma empat jam. Ceritanya mengalir dan santai.
Dan Stilo, tahu nggak, aku suka banget sama cover-cover buku terbitan Stilo. Perempuan banget. Apalagi Pre Wedding Rush, didominasi warna merah, dengan dua cowok memakai jas yang berdiri di sisi kanan dan kiri satu cewek yang memakai gaun pengantin berwarna putih. Oh, ya kemarin aku juga ikutan Dream Wedding Contest buat dapetin #PreWedRush. Ya, buat seru-seruan aja, dan lagi-lagi kalah :D Tapi sebagai peserta yang kalah, aku tetep baca Dream Wedding yang menang buat nyadarin aku kalau cerita aku emang jelek, dan aku sudah vote di sini
Di penghujung ceritaku, aku pingin Stiletto Book makin berjaya, sukses dengan buku-buku yang nyentil hati para perempuan. Followers-nya makin banyak dan heboh, tapi tetap jangan sombong, ya, Stilo. Karena aku suka Stilo yang ramah kayak sekarang ini. Tetap sering ngadain lomba dan jangan pernah berhenti memberi pencerahan pada perempuan-perempuan lewat buku-buku kece-mu. Dan semoga buku kita #ACupOfTeaCintaButa bisa laku keras di pasaran XD
Oh, ya Stilo, kayaknya aku sebagai follower Stilo yang baik hati, mau banget ngeliat tampilan web Stilo yang baru biar kita nggak bosan dengan tampilannya yang lama dan bisa betah ngubek-ngubek web Stilo. Nah, selain ngadain kuis-kuis di twitter atau facebook, kayaknya Stilo mesti ngadain agenda rutin setiap harinya di akun-akun Stilo, semacam jadwal rutin yang mesti Stilo isi setiap hari.
Misalnya, hari senin jadwal Stilo ngadain kuis berhadiah buku terbitan Stilo, hari selasa Stilo ada jadwal tentang tips-tips kepenulisan. Hari selanjutnya ada wawancara sama penulis Stilo yang tugasnya menyebarkan virus gemar menulis akut. Lalu, hari berikutnya ada cerita dari Stilo tentang apa aja yang kira-kira bisa menambah pengetahuan followers-nya, khususnya di dunia kepenulisan. Dan seterusnya, hehe.
Mungkin, surat ini akan berakhir sampai di sini, tapi doaku untuk Stilo nggak akan pernah berakhir. Semoga Stilo semakin sukses dengan buku-buku kece-nya. Dan semoga suatu saat nanti aku bisa punya anak sendiri yang diterbitkan oleh Stilo. Maaf ya Stilo nggak bisa ngasih foto, soalnya Geek in High Heels-ku tinggal di kosan, dan aku sekarang lagi mudik. Huhu.
With love,


Evi Sudarwanto
@evisept_


---

Surat ini diikutsertakan dalam event Writing Contest: Surat untuk Stiletto Book.
Nama: Evi Sudarwanto

[Review] Once Upon a Love - Aditia Yudis

Senin, 27 Januari 2014


Wah, wah, sebelumnya makasih banget buat @KlubBuku_BGR yang berkenan ngasih novel Once Upon a Love ini secara gratisan plus tanda tangan penulis. Sedikit mau cerita, novel ini sebagai hadiah karena aku (entah kenapa) bisa menang lomba cerpen yang diadakan oleh Klub Buku Bogor dalam menyambut acara #Kopdar4 dan #Sharepen (Sharing Penulis dan Cerpen) bersama Aditya Yudis, penulis Once Upon a Love itu sendiri sama Cindy Pricilla, author Rain in Paris. Acara itu diadakan oleh Klub Buku Bogor tanggal 13 Oktober tahun kemarin. Sebenernya kalau aku tinggal di sekitaran Bogor ya kayaknya mau banget datang ke sana, buat ikutan acara kumpul-kumpul penulis gitu. Tapi sayangnya aku kejebak di pulau yang berbeda. Dan ongkosnya lumayan tebel buat ke sana. #Huft
Langsung aja deh. Ini review Once Upon A Love dari aku. Masih tahapan belajar nge-review juga nih.
Judul : Once Upon A Love
Penulis: Aditia Yudis
Penerbit: GagasMedia
ISBN: 979-780-518-2
Cetakan Pertama: 2011
Cetakan Ketiga: 2012
Tebal : 192 halaman
Teruntuk Ferio Harris yang tak pernah lekang oleh waktu. Aku mencintaimu. (Hal. 4)
Cerita dari novel ini bermula ketika Lolita menuliskan nama Ferio di halaman persembahan novelnya yang berjudul Inspirasi, yang terinspirasi dari sosok Ferio seorang global moderator dari forum kepenulisan yang saat itu juga diikuti oleh Lolita dan Dru, tentunya. Dan semua kisah yang terajut selama dua tahun silam, harus dibuka kembali oleh Ferio, Lolita dan Dru, yang merupakan tiga tokoh utama dalam novel ini.
Nah, aku mau sedikit memperkenalkan tiga tokoh utamanya.
Ada Dru. Siapa Dru? Bukan saudaraku, atau juga temen satu kampus. Dru ini sahabat dekat Ferio. Di mana ada Ferio, maka di situ ada Dru. Ya, kira-kira begitulah.
Ada juga Ferio. Bukan nama motor ya. Honda Ferio. *abaikan. Lalu siapa Ferio? Ya, sahabatnya Dru. Hihi.
Kemudian ada juga Lolita. Siapa Lolita? Nah, Lolita ini salah satu member dari forum kepenulisan yang dibagian awal aku ceritain tadi. Jadi ceritanya Lolita sama Ferio ini kenal dari Forum kepenulisan tersebut. Berawal dari Ferio yang sering kasih masukan buat cerpen yang dibuat Lolita, bahkan sampai novel Inspirasi yang dibuatnya. Nah dari situlah benih-benih cinta Lolita tumbuh untuk Ferio. Lalu bagaimana dengan perasaan Ferio?
            Nanti aku kasih tahu di akhir review ya.
“Kamu pun akan merasa begitu jika jadi aku, Dru. Kamu kehilangan tempat berpijak, kamu goyah... rapuh laksana daun yang kering karena kekurangan air. Kamu tinggal menunggu waktu untuk menerbangkanmu dari ujung ranting.” (Hal. 144)
Dari kalimat itu kita bisa menebak kalau Ferio sedang galau ya. Itu jelas nggak salah. Dan yang salah kalau kalian menebak Dru itu cowok. Sama kayak aku diawal-awal membaca novel ini. Kok cowok suka sama cowok? #Huft Dan, ah, rupanya si Dru ini punya nama lengkap Afra Dewi Drupati.
Novel ini mengangkat semacam kisah segitiga lah ya. Antara Ferio, Dru dan Lolita. Sebenarnya sudah menjadi tema yang banjir di jalananan kepenulisan. Tapi syukurnya penulis berhasil bikin aku kesedot, masuk ke dalam ceritanya, penyampaiannya, dan perasaan ketiga tokoh utamanya.
            “Kupikir, dua tahun sudah bisa membuatmu mengubah keputusanmu, Dru. Aku memang mencintaimu. Tetapi, aku mengerti. Jika, itu memang keputusan terakhirmu. Aku menghormatinya.” (Hal. 185)
            Udah ketebak gimana perasaan Ferio? Ada apa sih kok dari tadi ngomongin dua tahun yang lalu? Kisah masa lalu yang membuat Ferio menyesal, hingga selama dua tahun itu pula dia mencari Dru yang menghilang dari hidupnya.
            “Dia mencintaimu, Re. Sangat mencintaimu.” (Hal. 186)
            Itu ungkapan perasaan Dru untuk Ferio.
            Tapi bagaimana dengan perasaan Lolita untuk Ferio? Apa terbalaskan?
Akhir yang dibuat mengejutkan oleh penulis. Cerita yang disajikan juga sangat mengalir. Dengan beberapa-beberapa diksi yang manis untuk dibaca, nggak buat bosan. Untuk endingnya bisalah baca sendiri, ya.
Tapi ada beberapa kata yang menganjal di novel ini.
            Seperti:
1.      “Hidupin musik aja biar nggak sepi,” sahut Dru malas masih dengan pandangan tertebar kepinggiran jalan yang aku lewati. (Hal. 122)
Aku? Dari awal sampe akhir penulis menggunakan POV ketiga, yang mana penulis menjadi semacam reporter yang mengamati tingkah karakternya, kemudian menceritakan pada pembaca. Iya, kan? Tapi kok ditengah-tengah pakai kata aku?
2.      Lalu, Lolita menyeret Jo ke luar dari kamarnya... (Hal. 8 dll. Semua kata yang bergerak dari sebelah dalam ke sebelah luar, penulis menggunakan “ke luar.” Aduh, aku bingung ini, sebenarnya yang bener itu keluar apa ke luar.  Kalau ke luar kok aneh aja bacanya, pakai spasi gitu.
Itu aja sih, tapi secara keseluruhan aku suka novelnya! Bagaimana kuatnya cinta Lolita pada Ferio setelah bertahun-tahun lamanya dijaga dan bagaimana kokohnya Ferio mempertahankan pilihannya sejak dulu yang jelas-jelas tidak bisa didapatkannya, dan betapa bijaknya Dru tetap menjaga apa yang dia punya.