Bagaimana akan mendapat istri sekualitas Hajar jika tak setegar Ibrahim?
Bagaimana akan mendapat istri seperti Sayyidah Rasya Rantisi
jika tak setangguh Abdul Aziz Rantisi ?
Bagaimana akan mendapat suami semacam Abdullah Azzam sang
reviver jihad abad 20 jika tak seikhlas Ummu Muhammad dan bagaimana akan
Mendapat suami seperti Ali Karramallahu wajha jika tak sebobot Fatimah Azzahra.
Kalimat yang aku kutip dari buku “Agar Jatuh Cinta Tak
Menjadi Bencana” cukup membuat hatiku bergetar.
Ngomongin masalah cinta, tak lepas dari kehidupan, dan
ngomongin masalah kehidupan pasti selalu butuh perjuangan, yaa hidup adalah
perjuangan dan tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan.
Sama halnya dengan pengorbanan Rasullullah yang harus
meninggalkan Mekkah dan pengorbanan Ali sebagai umpan.
Begitu juga dengan berhijrah untuk hal kebaikan, memutuskan
sesuatu untuk kebaikan pasti ada hal yang akan di korbankan, baik itu harta,
tenanga, bahkan perasaan.
Ya…
aku harus mengorbankan perasaan demi suatu kebaikan yang jelas terbentang
dihadapanku.
Aku
terkadang berharap kelak nantinya kan aku temukan seorang lelaki yang tak hanya
indah paras namun indah pulalah akhlaknya, yang mampu membimbingku menuju
Jannah-Nya. Seketika aku terdiam mengingat harapan-harapanku mengenai jodohku
saat itu.
Namun
hatiku seolah berkata, teriak dengan sekencang-kencangnya. Jangan kau terlalu
berharap akan mendapatkan pasangan hidup yang baik jika kau tak berusaha
memperbaiki diri. Jangan kau kira Allah akan memberikan pasangan hidup yang
suci jika diri sendiri tak mensucikan diri.
Aku
sedikit tersadar akan mimpi-mimpi yang ku cipta, dan aku mulai untuk menghapus
mimpi-mimpi itu dan fokus memperbaiki diriku.
Terkadang
aku lelah dengan hati yang hampa, namun lagi-lagi hatiku seolah berbicara.
Jangan takut merasa sepi, karena yakinlah Allah selalu ada di hati. Jangan
resah memikirkannya yang belum tentu memikirkan mu, percayalah Allah selalu
mencinta tanpa membuatmu resah.
Seketika
aku tersenyum kembali, menebarkan pesona indahnya senyum wanita calon penghuni
surga.
Janji
Allah selalu meyakinkanku bahwa Lelaki yang baik hanya untuk wanita yang baik,
dan begitu pula sebaliknya. Itulah yang meyakinkan ku untuk melepas lelaki yang
kusayang, namun yang kusadari lelaki yang kusayang belum tentu pemilik tulang
rusukku dan belum tentu mencintai aku seperti Allah mencintai aku dengan
setulusnya.
Aku
tersadar, ketika aku memberikan cintaku kepada orang yang belum pantas untukku
cinta, aku tersadar ketika cintaku membawa pengaruh buruk unruk diriku. Jangan
kau sangka
pengaruh
buruk itu hanya dalam lingkup “berpegang-pegangan atau lainnya” namun lebih
dari itu betapa hinanya aku ketika aku sedang sholat yang terlintas di benakku,
lelaki yang saat itu jelas bukan mahramku. Betapa sedihnya aku disaat aku harus
merasakan nikmatnya cinta Tuhanku kini tertutupi dengan cinta orang yang belum
tentu menjadi kekasih kekalku.
Aku
putuskan untuk berusaha menjauhi perasaan cinta yang terkadang datang dengan
tiba-tiba.
Aku
selalu menanti sampai Allah mempertemukan kami, di waktu yang tepat dengan
cinta penuh kesucian dan penuh harapan.
Yaa…
dalam ikatan cinta yang suci dan berbalut keindahan tentunya.
Kan
ku bangun rumah yang mewah bersamanya, kan ku bangun anak tangga bersamanya
untuk menuju Jannah-Nya.
Aku
tidak tau siapa dia, karena itu rahasia Allah. Tapi yang aku yakin dia pasti
menjaga cintanya sama seperti aku saat ini. InsyaAllah.
Lagi-lagi
bibir ini merekah, menebarkan pesona
indahnya senyum wanita calon penghuni surga.