Lagi
libur nih ceritanya. Long weekend.
Waktu yang pas buat baca buku. Aih,
sejujurnya aku nggak terlalu suka yang namanya berburu ke toko buku. Kenapa? Ya, karena bisa menguras dompet
sampai habis. Sehabis-habisnya. Niat cuma beli dua buku, eh malah jadi tiga
bahkan sampai lima, dan akhirnya pinjam uang sama kawan buat ongkos pulang. Eit, tapi kalau duitnya lagi banyak, biasanya aku nongkrong di toko buku, loh. Hebat, kan?
Sejak
sebelum liburan semester kemarin, sebisa mungkin mengurangi jadwal untuk
melayang ke toko buku. Lagian masih banyak buku gratisan yang belum sempat aku
baca. Tapi sayangnya, beberapa bulan kemarin aku kepincut dengan book trailer-nya salah satu penulis
jebolan #KampusFiksi1 yang diadakan oleh DIVA Press Group, sampai
akhirnya aku beli deh tu buku.
Ini
nih review buku yang berhasil
buat aku kepincut!
Judul: Mi Amor – di
titik nol kota Madrid
Penulis: Sayfullan
Penerbit: Senja
(imprint dari DivaPress)
Genre: Dewasa Muda,
Drama, Romance
Tebal: 313 Halaman
Terbit: Desember
2013
Aku
tahu perasaanmu, Sayang. Cinta di hatimu itu bukan untukku. Dan ternyata
hatiku pun sama...
Kisah cerita gadis kembar ini mampu
membawaku terhanyut lumayan jauh. Sangking jauhnya sampai aku lupa waktu. Ada
empat tokoh yang berhasil mengobrak-abrik perasaanku saat membaca Mi Amor.
Kiana; si fashionable yang sangat
tertarik dengan dunia melukis. Kemudian Serilda; cewek judes yang sedikit tertutup,
menyimpan perasaan iri terhadap saudara kembarnya sendiri. Lalu ada Reza; teman
satu kampus Kiana, yang sejak pertemuan pertamanya secara tidak sengaja di
Madrid membuatnya menyimpan perasaan cinta. Dan yang terakhir aku temui ialah
Aditya; laki-laki berlensa mata coklat yang sejak lama tinggal di Belanda dan suatu
hari pulang ke Indonesia.
Tidak ada yang tahu bagaimana cerita ke
empat anak manusia ini, sampai aku berhasil mengakhiri kisahnya dan tercenung
sesal karena ceritanya begitu cepat berakhir.
Cerita cinta yang dibalut oleh
penantian, pengorbanan, kekecewaan dan kebahagiaan ini mampu memberikan rasa
yang berbeda dari sebuah kisah cinta. Kebetulan-kebetulan yang mengagetkan,
hingga menyatukan emosi ke empat tokoh. Memaksakan mereka untuk memilih dan sama-sama
berjuang mengenggam perasaan masing-masing.
Penulis
begitu santai menyajikan kisah anak kembar ini, dengan plot yang cerdas, dan
diksi yang mengalir. Sangat penuh kejutan! Pada separuh bagian awal cerita,
kita akan dibawa oleh penulis untuk terbang ke Madrid, menemani perjalanan
Kiana dan Reza di Madrid dalam lingkaran dunia seni lukis. Lalu, di bagian
tengah, kita akan sedikit diperkenalkan dengan Belanda oleh Adit dan dunia
kedokteran oleh Serilda. Kemudian kembali ke Jakarta. Pada separuh
bagian akhir cerita kita akan disuguhkan dengan perjalanan hidup yang berputar tentang cinta oleh Kiana, Reza, Serilda dan Adit. Sangat
menyentil hati.
Namun,
tak adil rasanya kalau aku hanya memamerkan kelebihan novel ini. Sebagai manusia
tentulah memiliki kekurangan, sama halnya dengan novel ini. Aku melihat penulis
tidak mantap dalam penggunaan dia dan
ia, nggak dan tidak untuk orang
yang sama. Lalu ada pula mama dan mami [hal. 258]
Kemudian
ada beberapa typo dan kata yang tidak
sesuai KBBI. Sekali lagi, karena aku hanya manusia biasa, sama seperti penulis dan
editornya, aku lupa mencatat bagian persisnya. Tapi ada satu kalimat dari beberapa
kalimat yang kuingat sekaligus menjanggal di pikiranku.
Adit
kemudian membuka pintu itu. Dia terkejut melihat dua gadis yang ia cintai ada dua. [?] [hal. 289]
Mungkin
aku rasa yang dimaksud penulisnya; Dia terkejut melihat gadis yang ia cintai ada dua. Mungkin. ^^
Selebihnya aku suka novel ini!
Sekali lagi, percayalah, bahwa selalu ada
tangan Tuhan yang turut campur dalam setiap kisah. Dan ending Mi Amor benar-benar mengejutkan! Memilih untuk mempertahankan kisah masa
lalu atau merangkak maju dengan kisah baru? Kisah ini berakhir bak menemukan
harta karun, begitu banyak menyimpan pelajaran yang bisa dipetik.
Lihatlah ke atas, Ki. Meski hujan deras mengguyurmu,
masih akan ada pelangi yang akan tetap memayungimu. Ya, diriku... - Reza
Aih! Aku suka kamu, Reza! *sengaja ditulis kecil biar nggak dibaca Kiana.
Aih! Aku suka kamu, Reza! *sengaja ditulis kecil biar nggak dibaca Kiana.
0 komentar:
Posting Komentar