-->
Free Alien Dance Cursors at www.totallyfreecursors.com

[Review] Mi Amor - Sayfullan

Senin, 13 Januari 2014



Lagi libur nih ceritanya. Long weekend. Waktu yang  pas buat baca buku. Aih, sejujurnya aku nggak terlalu suka yang namanya berburu ke toko buku. Kenapa? Ya, karena bisa menguras dompet sampai habis. Sehabis-habisnya. Niat cuma beli dua buku, eh malah jadi tiga bahkan sampai lima, dan akhirnya pinjam uang sama kawan buat ongkos pulang. Eit, tapi kalau duitnya lagi banyak, biasanya aku nongkrong di toko buku, loh. Hebat, kan?
Sejak sebelum liburan semester kemarin, sebisa mungkin mengurangi jadwal untuk melayang ke toko buku. Lagian masih banyak buku gratisan yang belum sempat aku baca. Tapi sayangnya, beberapa bulan kemarin aku kepincut dengan book trailer-nya salah satu penulis jebolan #KampusFiksi1 yang diadakan oleh DIVA Press Group, sampai akhirnya aku beli deh tu buku.
Ini nih review buku yang berhasil buat aku kepincut!





Judul: Mi Amor – di titik nol kota Madrid
Penulis: Sayfullan
Penerbit: Senja (imprint dari DivaPress)
Genre: Dewasa Muda, Drama, Romance
Tebal: 313 Halaman
Terbit: Desember 2013

Aku  tahu perasaanmu, Sayang. Cinta di hatimu itu bukan untukku. Dan ternyata hatiku pun sama...
Kisah cerita gadis kembar ini mampu membawaku terhanyut lumayan jauh. Sangking jauhnya sampai aku lupa waktu. Ada empat tokoh yang berhasil mengobrak-abrik perasaanku saat membaca Mi Amor. Kiana; si fashionable yang sangat tertarik dengan dunia melukis. Kemudian Serilda; cewek judes yang sedikit tertutup, menyimpan perasaan iri terhadap saudara kembarnya sendiri. Lalu ada Reza; teman satu kampus Kiana, yang sejak pertemuan pertamanya secara tidak sengaja di Madrid membuatnya menyimpan perasaan cinta. Dan yang terakhir aku temui ialah Aditya; laki-laki berlensa mata coklat yang sejak lama tinggal di Belanda dan suatu hari pulang ke Indonesia.
Tidak ada yang tahu bagaimana cerita ke empat anak manusia ini, sampai aku berhasil mengakhiri kisahnya dan tercenung sesal karena ceritanya begitu cepat berakhir.
Cerita cinta yang dibalut oleh penantian, pengorbanan, kekecewaan dan kebahagiaan ini mampu memberikan rasa yang berbeda dari sebuah kisah cinta. Kebetulan-kebetulan yang mengagetkan, hingga menyatukan emosi ke empat tokoh. Memaksakan mereka untuk memilih dan sama-sama berjuang mengenggam perasaan masing-masing.
            Penulis begitu santai menyajikan kisah anak kembar ini, dengan plot yang cerdas, dan diksi yang mengalir. Sangat penuh kejutan! Pada separuh bagian awal cerita, kita akan dibawa oleh penulis untuk terbang ke Madrid, menemani perjalanan Kiana dan Reza di Madrid dalam lingkaran dunia seni lukis. Lalu, di bagian tengah, kita akan sedikit diperkenalkan dengan Belanda oleh Adit dan dunia kedokteran oleh Serilda. Kemudian kembali ke Jakarta. Pada separuh bagian akhir cerita kita akan disuguhkan dengan perjalanan hidup yang berputar tentang cinta oleh Kiana, Reza, Serilda dan Adit. Sangat menyentil hati.
            Namun, tak adil rasanya kalau aku hanya memamerkan kelebihan novel ini. Sebagai manusia tentulah memiliki kekurangan, sama halnya dengan novel ini. Aku melihat penulis tidak mantap dalam penggunaan dia dan ia, nggak dan tidak untuk orang yang sama. Lalu ada pula mama dan mami [hal. 258]
            Kemudian ada beberapa typo dan kata yang tidak sesuai KBBI. Sekali lagi, karena aku hanya manusia biasa, sama seperti penulis dan editornya, aku lupa mencatat bagian persisnya. Tapi ada satu kalimat dari beberapa kalimat yang kuingat sekaligus menjanggal di pikiranku.
            Adit kemudian membuka pintu itu. Dia terkejut melihat dua gadis yang ia cintai ada dua. [?] [hal. 289]
            Mungkin aku rasa yang dimaksud penulisnya; Dia terkejut melihat gadis yang ia cintai ada dua. Mungkin. ^^

Selebihnya aku suka novel ini!
Sekali lagi, percayalah, bahwa selalu ada tangan Tuhan yang turut campur dalam setiap kisah. Dan ending Mi Amor benar-benar mengejutkan! Memilih untuk mempertahankan kisah masa lalu atau merangkak maju dengan kisah baru? Kisah ini berakhir bak menemukan harta karun, begitu banyak menyimpan pelajaran yang bisa dipetik.

Lihatlah ke atas, Ki. Meski hujan deras mengguyurmu, masih akan ada pelangi yang akan tetap memayungimu. Ya, diriku... - Reza
Aih! Aku suka kamu, Reza! *sengaja ditulis kecil biar nggak dibaca Kiana.
 

0 komentar: